SERA
SERA
SERA
SERA
SERA
SERA

Ini Tantangan Bisnis Logistik di Tahun 2023

Terindikasi Resesi, Tahun 2023 Jadi Tantangan Berat


Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan atau Organization of Economic Cooperation and Development (OECD) merilis prediksi terbarunya tentang ekonomi dunia tahun 2023. Organisasi yang berada di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ini memastikan ekonomi dunia di tahun tersebut akan mengalami resesi.


Indikasi terjadinya resesi, sebut organisasi itu, bisa dilihat dari sikap bank sentral sejumlah negara maju yang cenderung menahan tingkat suku bunga. Bank sentral Amerika Serikat (The Fed) diperkirakan tetap menahan suku bunga 5% atau lebih.


Baca juga : Dampak Resesi Global Terhadap Sektor Logistik Di Indonesia


Kemudian bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) dan European Central Bank (ECB) yang tetap mematok tingkat suku bunga 4% atau lebih.


"Pertumbuhan ekonomi diproyeksikan terus merosot sepanjang 2023 dan berlanjut sampai semester pertama 2024. Hal ini diakibatkan tingginya harga energi dan pengetatan kondisi finansial. Akibatnya akan membebani belanja rumah tangga," bunyi pernyataan BoE yang dirilis Jumat (11/11/2022) lalu.


Sebelumnya, Dana Moneter Internasional (IMF) dalam keterangan resmi yang dirilis belum lama ini menyatakan pertumbuhan ekonomi global tahun 2023 menjadi 2.7%. Angka pertumbuhan tersebut menurun dibanding tahun 2022 yang diprediksi masih sebesar 3,2%.


Baca Juga : Mengenal Lebih Jauh Transportasi Dan Logistik Di Indonesia


Sementara Bank Dunia meski memprediksi tidak akan terjadi, namun mengakui gejala-gejala resesi dunia sudah mulai terasa tahun ini. Gejala tersebut bisa dilihat dari melemahnya pertumbuhan ekonomi dunia, menyusutnya permintaan dari negara maju, hingga melemahnya harga komoditas di pasar dunia.


Selain itu, terjadi arus pembalikan modal atau penarikan modal oleh investor dunia atau capital reserval. Gejala itu juga sudah dirasakan di berbagai dunia, termasuk Indonesia.


Tantangan Sektor Logistik Menghadapi Ancaman Resesi


Fakta harga komoditas melandai ditandai dengan merosotnya permintaan negara-negara maju terhadap komoditas Indonesia. Kondisi ini bahkan terjadi di berbagai komoditas andalan. Seperti pertambangan maupun perkebunan. Pada akhirnya, gejala ini akan berdampak ke sejumlah sektor lain di tanah air, tak terkecuali logistik.


Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi, dalam diskusi virtual Bisnis Indonesia Logistics Forum & Awards 2022, pada Selasa (8/11/2022), juga mengakui adanya potensi dampak dari resesi itu, khususnya bagi sektor logistik.


Baca juga : Fungsi Penting Transportasi Dalam Logistik


"Ini akan berpengaruh pada turunnya arus distribusi barang dan jasa. Langkah antisipasi perlu dilakukan untuk menghadapi berbagai kemungkinan di tahun depan, salah satunya dengan menetapkan regulasi yang mendukung logistik," kata dia


Chairman Supply Chain Indonesia, Setijadi, mengingatkan kepada para pebisnis untuk melakukan langkah-langkah alternatif agar iklim bisnis bisa tetap eksis atau bahkan tumbuh. Caranya, dengan penguatan logistik domestik berdasar kekuatan permintaan dan pasokan dalam negeri.


Dengan pasokan bahan baku dalam negeri dan produk yang diorientasikan untuk konsumsi dalam negeri, maka bisnis akan tetap berjalan meski dunia tengah mengalami resesi sekali pun. Sebab, dengan jumlah penduduk 273,87 juta jiwa, permintaan dalam negeri berpotensi masih akan tumbuh.


Sementara, bagi para pebisnis konsumen sektor logistik, diingatkan agar tetap menjaga rantai pasok di dalam negeri. Efisiensi logistik dalam mata rantai pasokan itu juga harus dikedepankan. “Hal itu terutama untuk mengurangi seminimal mungkin ketergantungan terhadap matai rantai pasok global,” tandas Setijadi.


Baca juga : Transportasi Dan Logistik Terbukti Memicu Pertumbuhan Perekonomian Nasional


Peningkatan efisiensi logistik dan rantai pasok, menurut Setijadi, akan berdampak terhadap penurunan harga produk dan komoditas yang sangat penting pada situasi resesi. “Dalam perspektif global, peningkatan daya saing produk dan komoditas berpotensi meningkatkan volume ekspor,” kata Setijadi.


Biaya logistik yang efisien dengan proses yang efektif merupakan kunci utama. Sehingga, bagi para pebisnis menggunakan perusahaan logistik yang efektif dan efisien merupakan keharusan.


Bicara soal perusahaan seperti itu, PT Serasi Autoraya (SERA) adalah jawabannya. SERA adalah anak perusahaan PT Astra International Tbk yang dikenal luas sebagai salah satu perusahaan layanan transportasi dan logistik terbesar di Indonesia.


SERA yang awalnya bergerak di bidang jasa penyewaan kendaraan, kini telah menjelma menjadi perusahaan penyedia transportasi yang terbesar dan terdepan. Layanan transportasi itu ditujukan untuk memenuhi kebutuhan untuk transportasi penumpang maupun logistik.


Baca juga : Revolusi Industri 4.0 Bergantung Pada Peran Logistik Berbasis Digital


Perusahaan yang bernaung di bawah payung Astra Grup ini telah berdiri 32 tahun lalu, dan terus berinovasi demi meningkatkan kualitas pelayanan kepada pelanggan.


Saat ini SERA memiliki unit bisnis layanan logistik bernama SERA Logistics atau SELOG. Yang menawarkan pelayanan jasa logistik yang cepat, tepat, dan aman. Didukung dengan dukungan teknologi dan sumberdaya manusia yang mumpuni serta sudah terlatih dan andal dalam memberikan pelayanan.


Untuk informasi layanan bisnis SERA, silahkan mengunjungi mengunjungi situs resmi www.sera.astra.co.id


3271
Tags
SELOG SERA